Nasi Bungkus si Bapak
Beberapa hari lalu tak sengaja menjumpai seorang tukang becak yang nampaknya berniat melepas lelah dengan beristirahat di pinggir jalan. Diparkirkanlah becaknya dan sang bapak mulai bersiap untuk mengendorkan urat syarafnya yang tampaknya seharian sibuk mengangkut penumpang.
Kuperhatikan, dia mengeluarkan plastik yang berisi bungkusan. Ternyata, si bapak membawa bekal makan siang yang akan disantapnya di tempat itu. Pikirku pastilah bapak ini lelah sekali.
Namun, bungkus berisi nasi dan lauk itu tidak langsung disantapnya melainkan dia melakukan aktifitas lain dengan mengeluarkan handphone.
Lanjut gak?
Handphone? Benar. Bapak ini sebelum melahap makannya ternyata ber-sms terlebih dahulu, entah sama siapa. Mungkin menyapa anak istri di kampung atau siapalah terserah dia.
Yang jadi pikiranku, apa iya sebuah handphone mutlak diperlukan saat ini? Apakah si Bapak tidak merasa kesulitan dengan membeli handphone dan mengisi pulsa setiap waktu?
Mungkin fenomena yang kuposting ini bukan yang pertamakali terjadi. Tetapi tetap saja sulit kuperkirakan, benarkah bangsa Indonesia sebagian penduduknya berada di garis kemiskinan?
iya2…
sebenarnya Indonesia ni negara miskin ato bukan sih…
yang kuliat bukan tukang becak aj yang gtu….
hampir semua…
hai juga… :-*
hai
berbaik sangka saja, mungkin itu satu2nya cara beliau untuk tetap berkomunikasi dengan keluarga meskipun hanya sekedar SMS. Soal pulsa toh ada yang ceban..
:p
Itu biasa mas,snob efek alias efek ikut2an. Yg gak penting jd pntg lantaran tren..
Susah ini memang dhilangkn ny,aplg masy Ind raya tanah air kita :(
salam kenal,kunjungan balik perdana
@Nova Imoet: negara yang rendah diri
@bre: malah hai hai an
@Jalan Terus: dugaan lainku juga demikian mas. Semoga keluarganya diberikan kesehatan selalu. amin
@Queen: salam kenal. makasih kunjungan baliknya
awalnya inget dengan “mas, themes ku baru lho” ^_^ eh ternyata postingnya juga baru.. seperti saya yang mulai seneng ngeblog lagi ah mumpung ada “tempat” hehhee..
Hmm.. iyah mas.. malah saya sering menemukan “fenomena lampu merah” diantaranya ketika ada anak-anak yang meminta-minta, dikasih 200 IDR, eh dikembalikan katanya cuman cukup buat beli permen, udah buat masnya aja.. (pikirku.. iki tenan aku ming duwene sak mono jeh heuheuh) hash mbuh.. meh nulis akeh sakjane.. ning wedi nek malah dadi posting, dudu comment huehuehuhe *hides*
pengen rajin lagi mas. wew, apa ganti profesi aja mas? Jadi pengemis?
mungkin HP si bapak itu dibeliin anaknya. supaya mudah komunikasi. dan si anak yang rajin isi pulsanya secara rutin..
*soalnya suamiku juga beliin buat embahnya dengan tujuan seperti itu*
sek sek mbak, aku salah tangkap gak ya? suamimu beli hape buat embahnya dengan tujuan mbecak? ato gimana to?
saya pernah liat pemulung punya honda tiger
yah, motor sekarang kan belinya tanpa uang muka mas. wkkwkwkw
Wah iya memang, klo dpikir memang membingungkan. tapi kenyataanya seperti itu. dibilang miskin nggak d bilang kaya nggak
dibilang apa ya baiknya?